Translate

Selasa, 28 Januari 2014

No body can understand

Memang ini sudah salah. Sejak awal sudah salah. Menatapnya waktu itu, bertemu dengannya waktu  itu, sudah salah. Namun dia masih tetap melanjutkan. Permainan yang seharusnya sudah berhenti. Permainan yang sejak awal tidak boleh dimainkan. Entah apa yang membuat dia masih saja menerima tantangan dari permainan itu. Sudah berapa kali, dia harus menahan rasa sakitnya. Sudah berapa lama, dia menghabiskan waktu untuk memikirkannya. Sudah berapa banyak, dia membuang air mata karenanya. Masih bingung dengan sikap dia yang mengatakan "Bahagia" dengan semua ini. Bahagia apa? Bahagia sebelah mana? Bahagia dengan apa? Dia mungkin hanya sedikit tau tentangnya. Tapi sedikit tau itu sudah cukup untuk membuat rasa benci padanya. Kenapa dia masih mempertahankannya? Kenapa masih bertahan? Tolong berhentilah jika lelah. apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan dia? Agar terbangun dan berhenti memainkan permianan itu.
Kemarin dia sangat sangat buruk. Ya, tentu saja karenannya. Dimulai dipagi hari, firasat telah berbisik padanya. Hingga dia meneteskan air mata ketika terbangun dari lelap. Berlanjut hingga malam, ketika berita itu tiba di depan mata "JANGAN!" "TIDAK!" "PLEASE!"Itulah yang dia lontarkan pada berita itu. Mata dia masih terus basah, Dia memikirkannya. Benar-benar memikirkan hingga tak ada hal lain di kepala dan hati dia selain wajahnya. Dia menangis malam itu, bukan untuk pertama kali, tapi ini pertama kali dia menangis dengan memunculkan rasa melepaskannya. Ada dua rasa sedang berperang. Entah siapa yang akan menang. Belum dia jawab Dia masih dan masih terdiam, karena memang dia tidak tau apa yang akan dilakukannya. Bersembunyi? Tidak! Dia bukan pencundang. Masih menunggu takdir? Mungkin itu kalimat yang paling mendekati keadaan dia.